1. BENTUK KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT
KERUSAKAN LAUT
menurut
catatan hingga saat ini telah lebih dari 340.000 ton per hari limbah tambang
dibuanmg kelaut. Perlu anda ketahui jumblah limbah yang luar biasa ini hanya
berasal dari 2 perusahaan besar yang berada diwilayah papua dan NTB. Belum
termasuk perusahaan lain =. Pencemaran laut oleh oli kapal juga telah memenuhi
permukaan laut dengan 80 juta liter oli pertahun sehingga memperparah
kerusakaan laut. Selain pencemaran limbah aktivitaseksploitasi hasil laut yang
lebih dan menyalahi aturan, penambangan tidak terkontrol dan menghasilkan
zat-zat beracun hingga hancur dan terbengkalainya perawatan terumbu karang
akibat tingkah laku pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab ini hanya sebagian
kecil problem nyata yang terjadi pada kerusakan laut diindonesia.
2. DAMPAK KERUSAKAN LAUT AKIBAT ULAH
MANUSIA
BERDASARKAN
hasil penelitian dan pemantauan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia selama 10
tahun sejak 1996 hingga 2006 menunjukkan kerusakan terumbu karang terparah yang
sebelumnya berada di wilayah perairan Indonesia Barat, kini telah berpindah ke
kawasan Indonesia Timur. Sementara kerusakan terumbu karang sedang di perairan
bagian tengah dan kerusakan paling ringan di perairan Indonesia Barat.
LIPI
melakukan pemantauan terhadap kondisi terumbu karang di 77 daerah yang terdiri
dari 908 stasiun yang tersebar di seluruh perairan Indonesia dari Sabang hingga
Kepulauan Padaido dan Kepulauan Raja Ampat menunjukkan, kondisi terumbu karang
di Indonesia pada akhir 2008 adalah 5,51 persen dalam kondisi sangat baik,
25,11 persen dalam kondisi baik, 37,33 persen dalam kondisi sedang dan 32,05
persen dalam kondisi buruk.
Perpindahan
tingkat kerusakan terumbu karang terparah dari Barat ke Timur, karena di
wilayah Indonesia Barat berpenduduk padat, dan lokasi terumbu karang letaknya
tidak jauh dari permukiman penduduk, sehingga lebih terjaga dengan baik. Selain
itu, pihak-pihak terkait telah berjuang keras melakukan penyelamatan terumbu
karang. Salah satunya melalui program pengelolaan dan rehabilitasi terumbu
karang (Coremap) yang sudah dimulai di wilayah Barat Indonesia pada 1998.
Kerusakan
terumbu karang perairan Indonesia bagian Tengah dan Timur yang memiliki
perairan lebih jernih, persen tutupan karang batu hidup rata-rata lebih rendah.
Persen tutupan karang batu hidup rata-rata di Biak Numfor, Raja Ampat, Wakatobi,
Buton, Sikka dan Selayar berkisar 17 –
40 persen. Hal ini dimungkinkan karena penduduknya relatif sedikit dan
letak terumbu karang jauh dari permukiman penduduk, sehingga terumbu karang
tidak terjaga dengan baik dan banyak yang rusak akibat pengemboman ikan.
Hal
yang membanggakan di Papua adalah taman wisata alam laut Kepulauan Padaido di
Biak yang memiliki luas 183.000 hektar telah ditetapkan menjadi taman wisata
alam laut Padaido melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:
91/Kpts-VI/1997. Taman wisata laut Kepulauan Padaido yang terletak di bagian
Selatan Samudera Pasifik merupakan tipe perwakilan ekosistem terumbu karang
gosong, algae, lamun, mangrove, hutan pantai dan hutan dataran rendah di Papua.
Pulau-pulau gosong yang ada di Kepulauan
Padaido sebanyak 29 buah yang dikelompokkan kedalam Kepulauan Padaido Atas dan
Padaido Bawah. Hamparan pasir putih, sebagian kecil merupakan pantai landai
berpasir dan pantai terjal.
Kawasan
ini memiliki daya tarik yang memikat dengan air yang sangat jernih dan
keragaman terumbu karangnya yang relatif masih utuh dan indah. Kawasan ini
memiliki keragaman hayati yang tinggi, terdapat 95 jenis karang, 155 jenis
ikan, 48 jenis pohon, 26 jenis burung, 14 jenis reptilian dan 7 jenis mamalia.
(Survey LIPI, 1994). Cukup banyak diantara jenis yang ada merupakan biota
langka dan dilindungi.
Sayangnya,
kawasan Kepulauan Padaido merupakan lintasan gempa karena terletak pada jalur
luar subduksi atau tunjaman lempeng Pasifik. Sejak 1965 sampai sekarang,
tercatat telah terjadi lebih dari 10 kali gempa dengan kekuatan 5-8 Skala
Richter. Tinggi gelombang laut bervariasi antara satu sampai 1,5 meter. Gelombang tertinggi biasa
terjadi pada Mei-Juni. Taman Nasional Teluk Cenderawasih di Papua juga
merupakan perwakilan ekosistem terumbu karang, pantai, mangrove dan hutan
tropika daratan pulau terletak di wilayah Kepala Burung Papua. Taman Nasional
Teluk Cenderawasih merupakan taman nasional perairan laut terluas di Indonesia,
terdiri dari daratan dan pesisir pantai: 0,9 persen, daratan pulau-pulau: 3,8
persen, terumbu karang: 5,5 persen dan perairan laut: 89,8 persen dengan total
area: 1.453.500 hektar.
Dasar
penetapannya adalah Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 8009/Kpts-II/2002,
tanggal 29 Agustus 2002. Taman Nasional Teluk Cenderawasih memiliki potensi
karang yang tinggi, terdiri dari 150 jenis karang dari 15 famili, yang tersebar
di tepian 18 pulau besar dan kecil. Presentasi penutupan karang hidup
bervariasi antara 30,40 persen sampai 65,64 persen. Umumnya, ekosistem terumbu
karang terbagi menjadi dua zona: zona rataan terumbu (reef flat) dan zona
lereng terumbu (reef slope).Jenis-jenis karang yang dapat dilihat antara lain
koloni karang biru (Heliopora coerulea), karang hitam (Antiphates spp), famili
Faviidae dan Pectinidae, serta berbagai jenis karang lunak.(sumber LIPI)
3. KERUGIAN EKONOMI AKIBAT KERUSAKAN
LAUT
Stockholm
- Perubahan iklim akan berdampak luas pada kondisi bumi, salah satunya adalah
peningkatan permukaan air laut. Dampak ekonomi dari persoalan kelautan itu sendiri
diperkirakan sebesar 2 triliun dolar AS.
Laporan dari Stockholm Environment Istitute menyebutkan, angka tersebut
berdasarkan skenario peningkatan temperatur bumi sebesar empat derajat celcius
pada tahun 2100. Kondisi ini akan berpengaruh pada kemampuan laut menyerap
karbon dari atmosfer. Akibatnya, hal tersebut akan berpengaruh kuat pada
perekonomian, terutama di sektor perikanan, pariwisata, dan kelauatan. "Jika
peningkatan temperatur bisa ditahan pada dua derajat celcius, maka dampak
ekonominya bisa ditahan pada 1,4 triliun dolar AS," kata peneliti dari
Stockholm University, Kevin Noone, seperti dilansir Newscientist. Noone
menambahkan, angka USD 2 triliun bukanlah skenario kasus terburuk. Angka
tersebut belum termasuk perhitungan beberapa faktor yang sulit dinominalkan,
seperti nilai dari spesies-spesies yang akan punah karena habitatnya rusak.
"Pentingnya nilai laut tidak bisa dipandang remeh. Setiap nafas yang kita
hela (oksigen) berasal dari organisme yang hidup di laut
4.
CARA
MENGATASI KERUSAKAN LAUT
Untuk
menanggulangi pencemaran laut dewasa ini tidaklah begitu mudah, hal ini
disebabkan karena laut mempunyai jangkauan batas yang tidak nyata. Meskipun
demikian ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran
laut, antara lain: dengan cara membuat alat pengolah limbah, penimbunan
(alokasi) bahan pencemar di tempat yang aman, dan daur ulang limbah. Selain
itu, mengingat demikian luas laut kita maka salah satu cara Penanggulangan
Pencemaran Di Laut adalah dengan upaya pencegahan. Langkah ini, tentu lebih
mudah dan murah dibandingkan dengan upaya perbaikan atau rehabilitasi
lingkungan laut yang telah tercemar.
Terkait
dengan itu, agar dapat dilakukan pencegahan pencemaran laut sedini mungkin,
perlu dilakukan pemantauan. Pemantauan adalah pengukuran berdasarkan waktu,
atau pengulangan pengukuran, atau pengukuran berulang-ulang pada waktu-waktu
tertentu. Sedangkan Pemantauan lingkungan laut dapat diartikan sebagai
pengulangan pengukuran pada komponen atau parameter lingkungan laut untuk mengetahui
adanya perubahan lingkungan akibat pengaruh dari luar. Pelaksanaan pemantauan lingkungan dapat
meliputi segi-segi hukum, kelembagaan dan pembuatan keputusan dari
masalah-masalah pencemaran lingkungan. Dengan demikian dalam pelaksanaan
pemantauan lingkungan laut haruslah dimiliki suatu sistem yang dikenal dengan
istilah sistem pemantauan lingkungan laut. Pemantauan laut sering dilakukan
untuk berbagai tujuan. Meskipun demikian, umumnya pemantauan ini dilakukan
dengan maksud untuk mendapatkan informasi tentang empat kategori.
Pertama,
kepatuhan (compliance). Untuk memastikan bahwa kegiatan (industri dan
sebagainya) benar-benar telah dilakukan sesuai dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dan persyaratan-persyaratan izin yang ditentukan. Kedua, verifikasi
model. Yaitu untuk memeriksa berlakunya anggapan-anggapan dan ramalan-ramalan
yang digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi alternatif-alternatif
pengelolaan. Ketiga, pemantauan perubahan, yaitu untuk mengidentifikasi dan
kuantifikasi perubahan lingkungan laut jangka panjang yang diharapkan atau
dihipotesiskan sebagai akibat yang mungkin timbul oleh kegiatan manusia.
Keempat, penerapan baku mutu pengendalian pencemaran laut, yang khususnya
dilakukan dalam pelaksanaan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan
ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan) sebagai upaya pengelolaan lingkungan.
Selain kegiatan
pemantaun lingkungan laut tersebut, ada beberapa tindakan nyata yang dapat
dilakukan agar pencemaran dan kerusakan ekosistem laut dapat dicegah dan dihindari
sedini mungkin:
a) Kegiatan
berupa pelarangan dan pencegahan, yaitu melarang dan mencegah semua kegiatan
yang dapat mencemari ekosistem laut.
b) Kegiatan
pengendalian dan pengarahan yang meliputi teknik penangkapan biota, eksploitasi
sumberdaya pasir dan batu, pengurukan dan pengerukan perairan, penanggulan
pantai, pemanfaatan dan penataan ruang kawasan pesisir, konflik, dan pembuangan
limbah.
c) Kegiatan
penyuluhan tentang keterbatasan sumberdaya, daya dukung, kepekaan dan
kelentingan pesisir, teknik penangkapan, budidaya dan sebagainya yang
berwawasan lingkungan laut kepada pemuka masyarakat.
d) Melakukan
kegiatan konservasi yang meliputi konservasi pada kawasan ekosistem laut
(karang, mangrove, lagun, dan rumput laut), biota, kualitas perairan dan
sebagainya.
e) Melakukan
kegiatan pengembangan yang meliputi budidaya, penelitian, pendidikan dan
pembuatan buku-buku pedoman dan Perda yang dijabarkan dari UU lingkungan hidup
terkait lingkungan laut.
f) Melakukan
kegiatan berupa penerapan dalam kehidupan masyarakat berupa penerapan
peraturan-peraturan dan sanksi hukum yang terkait dengan pencemaran lingkungan
laut.
Akhirnya, sesungguhnya
kualitas lingkungan laut itu sangat berhubungan erat dengan kualitas manusia.
Bukankah manusia itu dianggap sebagai pemilik kekuasaan? Sayangnya, kekuasaan
ini seringkali membuat manusia bertindak serakah, sehingga kualitas lingkungan
laut menjadi rusak. Untuk itu, adanya kegiatan ekplorasi dan ekploitasi
sumberdaya laut yang tidak mempertimbangkan kehidupan generasi saat ini dan
akan datang harus segera dihindari sedini mungkin, bila tidak siap-siap kita
didera derita ekosistem laut yang rusak
5. CARA MENCEGAH KERUSAKAN LAUT
Ada
beberapa cara untuk mencegah kerusakan laut salah satunya dengan cara konsevasi
laut dan terumbu karang.
- Konservasi laut
Sebagai
dampak manusia pada peningkatan lingkungan laut, konservasi kelautan adalah
bidang yang berkembang. Konservasi laut adalah perlindungan spesies laut dan
ekosistem di laut dan di laut di seluruh dunia. Ini melibatkan perlindungan dan
pemulihan spesies, populasi dan habitat dan aktivitas manusia seperti
penangkapan ikan yang berlebihan mengurangi, perusakan habitat, polusi,
penangkapan ikan paus dan isu-isu lain yang efek kehidupan laut dan habitat.
a. Konservasi Laut Teknik
Pekerjaan
konservasi laut dapat dilakukan dengan menegakkan dan menciptakan hukum,
seperti Endangered Species Act dan Kelautan Undang-Undang Perlindungan Mamalia.
Hal ini juga dapat dilakukan dengan membangun area perlindungan laut,
mempelajari populasi melalui melakukan penilaian saham dan mengurangi aktivitas
manusia dengan tujuan memulihkan populasi.
b.
Isu
Konservasi Laut
Isu-isu
saat ini dan muncul dalam konservasi laut meliputi:
1. Pengasaman
laut
2. Mengurangi
bycatch dalam perikanan laut dan keterlibatan dalam peralatan memancing
3. Membangun
area perlindungan laut
4. mengatur
perburuan paus
5. Melindungi
terumbu karang melalui mempelajari masalah pemutihan karang
6. Mengatasi
masalah seluruh dunia spesies invasive
7. Berurusan
dengan masalah finning hiu
- Terumbu karang
a.
Pengertian
terumbu karang
Terumbu
karang adalah salah satu komponen utama sumber daya pada laut pesisir dan laut
utama. Selain itu, terumbu karang juga merupakan kumpulan fauna laut yang
menyatu dan membentuk sebuah terumbu. Sementara kondisi strukturnya mayoritas
terdiri atas kalsium dan juga karbon. Berbagai jenis mikroorganisme yang hidup
dan melayang pada kolom perairan laut adalah penghidupannya. Bahkan kita juga
mendengar bahwa keberadaan struktur hidup terumbu karang adalah yang terbesar
bahkan tertua di jagat dunia ini. Butuh jutaan tahun untuk mengkondisikan
terumbu karang seperti saat ini. Peranan strategis terumbu karang bagi spesies
makhluk hidup di laut adalah seperti rumah. Jika kemudian rumahnya saja tidak
dirawat bahkan dimusnahkan, bersiaplah akan datangnya kepunahan makhluk hidup
di dalamnya. Dalam skala yang lebih meluas, maka keseimbangan akan terganggu
dan ini adalah bencana dunia.
b. Fungsi terumbu karang
Ada
beberapa fungsi penting keberadaan terumbu karang dalam menjaga menyeimbangkan
kondisi di lautan. Ada pun fungsi yang dimaksud adalah:
1. Pelindung Ekosistem di Pantai
Pada
fungsi ini, terumbu karang berguna menahan dan memecah energi dari gelombang
sehingga mampu mencegah terjadinya abrasi air laut yang bisa mengakibatkan
kerusakan di sekelilingnya.
2. Penghasil Oksigen
Terumbu
karang juga mempunyai kegunaan dalam hal memproduksi sumber oksigen. Tidak
berlebihan jika kemudian terumbu karang disebut-sebut sebagai habitat yang
sangat nyaman bagi ragam biota di lautan.
3. Tempat Berlindung
Terumbu
karang adalah hunian hewan dan tanaman laut berkumpul mencari makanan,
berkembang biak dan membesarkan anaknya. Intinya terumbu karang adalah tempat
berlindung biota laut. Jika terumbu karang terawat, manusia bisa menikmati
besarnya potensial perikanan yang didapat sebagai makanan keseharian bahkan
mata pencaharian. Bahkan dikatakan, kondisi terumbu karang sehat mampu
menghasilkan sebanyak 25 ton ikan pada setiap tahunnya. Selain itu, fungsi
terumbu karang bisa juga menjadi objek wisata yang menarik karena ragam
warna-warninya yang memukau, serta kandungan kimia pada terumbu karang bisa
berfungsi sebagai obat-obatan.
c. Kerusakan terumbu karang
Seiring
dengan berjalannya waktu dan meningkatnya teknologi yang mengakibatkan
tingginya permintaan pada produksi laut, maka hal ini pelan-pelan merusak
terumbu karang lebih dan merusak lautan. Padahal sejak dahulu manusia yang
hidup di pesisir pantai, merasakan hubungan harmonis antara laut dan manusia.
Jika kondisinya sudah rusak, maka penyebab utamanya adalah ulah manusia itu
sendiri. Adapun kegiatan yang bisa merusak terumbu karang adalah sebagai
berikut:
• Kegiatan tangkap hasil laut berlebih
(over-exploitation).
• Penggunaan teknologi perusak; potassium
cyanide, bom ikan, dan sebagainya.
• Erosi dari daratan.
• Polusi kegiatan industri.
• Tidak tertatanya pertambangan di laut.
Tentu
ini adalah tanggung jawab bersama yang dimotori oleh pemerintah. Sebab utama
atau akar permasalahan dari timbulnya perusakan ini tak lain adalah seputar
kondisi penduduk yang miskin, pemahaman minim akan tingkat konsumsi berlebihan
bagi keseimbangan sumber daya alam, lembaga dan penegakan hukum yang tidak
maksimal, dan rendahnya wawasan ekosistem. Hal lainya adalah gagalnya
pemerintah dalam menangani sistem perekonomian dan pengambilan kebijakan dalam
hal pemeliharaan ekosistem bagi kelangsungan laut yang tidak rusak.
d.
Pemanfaatan
sampah sebagai media rehabilitasi karang (Build Reef) dengan metode
transplatasi karang buatan
Permasalahan
kependudukan di Indonesia yang saat ini masih belum dapat teratasi adalah
melimpahnya sampah yang tidak terkelola dengan baik, sehingga menyebabkan
polusi di mana-mana, mulai polusi udara, polusi tanah, hingga polusi air.
Pemerintah dinilai belum efektif menangani keberadaan sampah yang menumpuk
terutama di tempat pembuangan akhir (TPA). Sebaliknya, jumlah sampah terus
bertambah setiap tahun hingga menjadi sebuah pekerjaan rumah bagi pemerintah
yang harus segera dicari pemecahannya. Sampah dapat dimusnahkan atau bahkan
dimanfaatkan untuk keperluan tertentu. Di sini akan dibahas pemanfaatan sampah
sebagai media rehabilitasi karang (Build Reef).
Indonesia
sebagai negara maritim memiliki spesies biota laut yang beraneka ragam dan
sangat indah. Ironis sekali apabila keindahan tersebut sirna dikarenakan ulah
penduduknya yang tidak peduli akan kelestarian alam di sekitarnya. Sampah yang
dibuang di sungai pada akhirnya akan berkumpul di laut. Akibatnya, laut akan
tercemar dan merusak ekosistem alaminya. Rusaknya ekosistem akan menyebabkan
berkurangnya keanekaragaman jenis biota laut di dalamnya. Biota laut yang
sangat penting dalam kelestarian ekosistem laut diantaranya ialah terumbu
karang. Kerusakan terumbu karang dapat terjadi sebagai akibat limbah domestik,
limbah industri, pembangunan dermaga, pengerukan alur pelayaran, bocoran minyak
dan penambangan minyak lepas pantai serta ceceran minyak dari kapal tanker.
Demikian juga dengan kegiatan di laut ada yang langsung dan tidak langsung
merusak terumbu karang. Kegiatan yang langsung merusak diantaranya pemotongan
terumbu karang untuk pembuatan alur pelayaran dan penambangan batu karang.
Penambangan pasir, pengumpulan karang dan kerang-kerangan untuk cindera mata
juga langsung merusak karang, dan kegiatan secara tidak langsung merusak karang
dapat berbentuk limbah atau buangan lain yang menganggu lingkungan terumbu
karang. Pemerintah sebenamya telah mengeluarkan undang-undang sebagai upaya
pelestarian lingkungan, yaitu:
1.
Undang-Undang No.41 Tahun 1999 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan;
2.
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah;
3.
Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang
Perikanan;
4.
Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990
tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya
5.
Undang-Undang No.27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
6.
Undang-Undang No.23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
7.
Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 1993
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
8.
Peraturan Pemerintah RI No.15 Tahun 1990
tentang Usaha Perikanan;
9.
Keputusan Presiden RI No.43 Tahun 1978
tanggal 15 Desember 1978 tentang Ratifikasi CITIES.
Namun,
agaknya undang-undang tersebut belum dapat mencegah kerusakan ekosistem laut
secara tuntas. Tanpa adanya kesadaran seluruh lapisan masyarakat beserta
pemerintah, permasalahan tersebut mustahil teatasi. Memperbaiki ekosistem
terumbu karang bisa dengan menempatkan suatu struktur buatan atau dikenal
dengan transplantasi karang buatan. Di banyak tempat, karang buatan telah
diketahui sebagai suatu metode yang paling mudah diterapkan untuk perbaikan
ekosistem karang yang rusak dan meningkatkan produksi perikanan serta
mengembangkan potensi ekowisata. Buktinya adalah Kelompok Nelayan Segara Gunung
dari Buleleng, Bali mengakui bahwa pendapatan penduduk bertambah seiring adanya
program konservasi terumbu karang yang mulai dilakukan sejak 2004 silam.
Cara
rehabilitasi karang dapat menggunakan struktur karang buatan atau dikenal
dengan sebutan rak. Rak ini biasanya terbuat dari beton dengan penambahan bambu
pada struktur rak. Bahan untuk pembuatan rak ini dapat diganti dengan bahan
lain, misalnya sampah. Sampah anorganik dapat dipakai untuk menggantikan beton
dan sampah organik digunakan pada struktur rak. Berat satu buah rak dapat
mencapai 100 kg untuk proses fiksasi di lokasi penumbuhan karang buatan tersebut.
Langkah
selanjutnya adalah memilih koloni karang yang akan ditempelkan pada rak. Koloni
karang ditempelkan pada substrat mini sehingga koloni akan lengket pada
struktur rak. Keranjang berisi koloni karang akan ditaruh agak jauh dari rak
untuk menghindari kerusakan selama proses fiksasi sekaligus memperkuat struktur
rak. Penempelan koloni karang lunak pada struktur buatan bertujuan menarik
ikan-ikan dan organisme lain untuk memastikan pemulihan terumbu karang. Koloni
karang lunak berasal dari petani lokal untuk menjamin bahwa kegiatan Build Reef
tidak akan membahayakan populasi karang alami. Sampah dapat diperoleh dari TPA,
bisa juga dengan cara menyaring sampah dari muara sungai sebelum masuk ke laut.
Cara ini akan membawa dua manfaat sekaligus, yaitu mencegah pencemaran air dan
memperoleh sampah sebagai bahan dengan mudah. Dengan pemanfaatan sampah sebagai
media rehabilitasi karang dengan metode transplantasi buatan ini diharapkan
dapat mengurangi pencemaran akibat sampah serta menjaga kelestarian alam,
khususnya laut.
6. SOLUSI
Ada
beberapa solusi yang harus dilakukan salah satunya dengan Penggunaan Teknik dan
Peralatan Penangkapan Ikan yang merusak Lingkungan ditiadakan. Alat Pengumpul
Ikan Harus dibatasi baik jumlah maupun
ukuran agar tidak terjadi tangkap lebih dan mengganggu daur hidup. Dilarang
keras menggunakan Bahan Peledak, Beracun, dan Pukat Harimau yang bisa
menyebabkan kerusakan laut dan yang terakhir adalah dengan membuat terumbu
karang baru agar ekosistem laut bisa secara perlahan kembali normal sebelum
terjadinya kerusakan laut.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar